Selasa, 29 Januari 2013

Pengelolaan Hotspot Belum Maksimal

3 komentar

Seorang mahasiswi yang gagal mengakses internet di UMP
Hotspot yang akhir-akhir ini menjadi popular, karena kemudahan dan keefektifannya membuat hotspot digemari para pecinta dunia maya. Universitas Muhammadiyah Purwekerto (UMP) merupakan salah satu yang menggunakan teknologi hotspot. Untuk dinikmati segenap civitas akademika, UMP sudah mulai menggunakan hotspot dari tahun 2007 yang diharapkan bisa menunjang dan mempermudah  kegiatan pembelajaran dan administrasi civitas akademika. Tetapi akan sangat berbeda dengan kenyataanya, karena masih  banyak mahasiswa yang mengeluh koneksi hotspot di UMP.
Seperti yang dirasakan Luki Dwi Paramitasari Mahasiswa pendidikan bahasa Inggris semester lima. Luki yang juga aktif di radio Gradiosta mengaku kalau untuk mencari informasi terpaksa harus menggunakan handphone (HP) karena hotspot yang jarang connect. “Padahal saya harus memberikan berita-berita terbaru kepada pendengar”, ujarnya.
Begitu juga dengan apa yang dirasakan Teater Perisai. Hotspot yang mati sejak Oktober mengurungkan mereka untuk mempublikasikan kegiatannya. Misalnya saja hasil pentas seni drama pelajar, parade studi pentas dan workshop cinematograpfi yang kesemuanya itu hasilnya akan upload ke website dan facebook. “Karena hotspot UKM mati  akhirnya ada yang belum terunduh,” ujar ketua UKM Perisai Tri Suciadi menyesalkan.
Letak gedung UKM yang berdekatan dengan PTIK sebagai pengelola jaringan ternyata bukan jaminan cepatnya penanganan permasalahan koneksi di UKM. Hingga berita ini diturunkan, para pengurus UKM belum bisa mengakses hotspot. Lain halnya dengan HMPS Sejarah yang malah tidak kebagian jaringan.
Yusup anggota HMPS Sejarah mengatakan, tidak adanya jaringan hotspot sampai ke sekretariat hmps sejarah menjadikan anak- anak HMPS Sejarah memilih tempat lain yang dianggap mendapat jaringan hotspot yang memadai.
Tidak hanya itu, masalah lambatnya koneksi juga dirasakan beberapa mahasiswa. Hal ini membuat mahasiswa merasa dirugikan. “Ini tidak sebanding dengan apa yang sudah kita bayar . “ Ujar Sabrina Hylaby  dara cantik berdarah Arab Mahasiswi Fakultas Ekonomi semester akhir ini. “Keleletan hotspot juga menggangu proses pembelajaran.” Tambahnya.
Dari data terakhir Mahasiswa yang mendaftar  sebanyak 1446 . Masih banyak Mahasiswa yang belum memanfaatkan hotspot dengan maksimal. Dengan kapasitas 9Mbps berarti masing-masing Mahasiswa mendapatkan kapasitas sebanyak 6,2Kbps apabila semua Mahasiswa yang mendaftar pada saat yang sama aktif menggunakan Hotspot. Tapi keleletan hotspot masih dirasakan oleh mahasiswa. “Kalau menurut saya lelet itu tergantung tempat, ada tempat yang cepet ada yang lelet banget. Seperti di secretariat HMPS teknik itu lelet banget. Tapi kalau di gedung F ya cepet.” Ujar Rian Wisnu Wardhana Mahasiswi Program Studi (Prodi) Teknik Sipil semester satu ini.
Proses pendaftaranpun dinilai terlalu bertele-tele dan membuang waktu mahasiswa karena harus mendaftar setiap semester. Proses pendaftaran yang dinilai ribet ini menjadikan Mahasiswa enggan untuk mendaftarkan IDnya untuk menikmati fasilitas Hotspot. “Mau daftar jadi males, soalnya setiap semester harus daftar ulang.” ungkap Anisa, Mahasiswa Fakultas Ekonomi semester akhir ini.
Lain halnya dengan yang dikatakan Mahasiswi  Pendidikan Biologi semester lima Adfi Oktafia. “Kalau saya sih gak merasa ribet, mungkin memang untuk data,” ucapnya lembut. Mode pendaftaran persemester dilakukan PTIK untuk mendata Mahasiswa yang masih aktif ataupun yang sudah tidak lagi berproses di UMP, agar Hotspot hanya bisa dimanfaatkan oleh mahasiswa UMP saja. Hal itu juga dilakukan untuk  meminimalisir adanya pembobolan bandwidth. Dan menjaga kekuatan Hardwere. Sedangkan menurut Catur ari Jatmiko dari prodi Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) semester tujuh mengatakan, “pemakain hotspot di UMP sangat tidak efesien dan penggunaanya pun sangat lelet serta ribet. Kita kan disini sudah membayar hotspotnya kenapa ketika mau menggunakanya susah dan ribet, karena  harus memakai password. Padahal di unversitas lain itu tidak perlu menggunakan password dan dapat langsung mengakses data secara cepat.” Ungkapnya bersungut-sungut.
Awal hotspot diadakan di UMP Mahasiswa hanya mendapatkan jatah  50 jam per semester yang sekarang menjadi 70 jam per semester dengan biaya 50.000 rupiah setiap Mahasiswanya per semester. Sedangkan Mahasiswa yang aktif memanfaatkan hotspot  hanya sekitar seperenamnnya saja. “Kalau semua mahasiswa sudah registrasi dan memakai sih saya maklum kalau internetnya lelet. Tapi kita tahu masih banyak mahasiswa yang belum registrasi atau tidak memanfaatkan hotspot dengan maksimal. Kenapa kok dari pihak PTIK tidak menggunakan jatah itu untuk meningkatkan signal  supaya lebih baik lagi.” Ungkap Tri Suciadi Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Inggris semester sembilan ini. Dengan biaya 50.000 rupiah per semester yang artinya dalam satu semester dana yang masuk untuk hotspot sendiri senilai 450.000.000 rupiah, bukan nominal yang sedikit memang untuk mengadakan hotspot yang lebih baik.
Saat ditemui Bhaskara, Pihak Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK) berdalih, keleletan hotspot hanya pada saat jam kerja saja dan keleletan dibawa dari pihak PT.TELKOM itu sendiri. “kalau TELKOM down ya kita ikut down.”   Ungkap Deni Lestiono selaku Divisi Software dan Jaringan.
Harga hotspot  yang murah juga mempengaruhi kecepatan dan kapasitas browsing. Yang pada saat berdiri hanya berkapasitas 10Mbps sekarang menjadi 25 Mbps dengan biaya langganan 85 juta perbulannya Mahasiswa hanya medapatkan jatah 9Mbps saja, itu juga harus berbagi dengan kampus II yang berada di Sokaraja. Dengan total Mahasiswa kurang lebih 9000 Mahasiswa yang berarti setiap Mahasiswa hanya mendapatkan jatah 1Kbps. Menurut Deni, “Saya pikir untuk sekarang ini masih cukup untuk kebutuhan Mahasiswa. Inikan sedang dalam uji coba, nanti kalaupun kurang baru kita tambah kapasitasnya.” Ujarnya mantap.
Ia menambahkan, Perangkat yang digunakan baik Hardware maupun software pengguna hotspot juga menjadi salah satu faktor sulitnya mendeteksi signal yang menyebabkan lambatnya koneksi. Sedangkan Untuk permasalahan jaringan di UKM mungkin mati karena tersambar petir. “Kalaupun ada masalah dengan hotspot, mahasiswa bisa mengajukan surat permohonan perbaikan ke pihak kita. Karena kita tidak menyediakan alat, kalau ada permasalahan kan ada prosesnya. Kalau ada surat baru bisa diproses ke Badan Administrasi Umum (BAU) untuk pengadaan alat baru bisa diperbaiki. ” Ujar Deni. Tapi sampai saat ini pihak UKM belum menyampaikan surat permohonan perbaikan kepada pihak PTIK. Hanya penyampaian keluhan secara lisan.
Sedangkan menurut Dekan Fakultas Teknik Anwar Ma’ruf,S.T, M.T, Acess point yang berfungsi sebagai penguat sinyal belum menyebar rata karena letaknya yang berjauhan. Hal inilah yang menghambat penangkapan signal hotspot.
Universitas Muhammadiyan Purwokerto yang mempunyai slogan yang salah satunya “Modern” patut untuk dipertanyakan. Hotspot yang belum diadakan secara maksimal oleh UMP menjari PR pihak UMP sendiri. Pengadaan Hotspot juga masih dipertanyakan karena Pengisian KRS di UMP masih di lakukan secara manual.
Pihak PTIK maupun UMP diharapkan untuk meningkatkan pelayanan karena dirasa masih setengah-setengah dalam mengadakan fasilitas Hotspot sendiri. Kurangnya komunikasi pihak kampus maupun mahasiswa menjadikan pengadaan fasilitas belum maksimal. Agar hak yang harusnya diterima oleh mahasiswa diberikan seutuhnya. (Tiwi, Prisma, Vida, Sri_Bhas )

3 Responses so far

  1. Anonim says:

    Mohon diralat masa jatahnya 1 kbps..ya gak bakal bisa dipakai....tohh.. bisa gak sih bikin artikel yang baik...

  2. Anonim says:

    saya selaku mahasiswa berprestasi minta kamar mandi juga di kasih hotspot jadi bisa... mesum juga... buat temen2 kita ...ada ada saja wkkwkw...

  3. Unknown says:

    Kecewa dengan kecepatan akses hotspot ump.

Leave a Reply

| Bhaskara online feeds |

Tanggapi Artikel

Labels