Jumat, 15 Maret 2013

Tri Suciadi: “Adat Istiadat perlu berjalan berdampingan dengan aqidah Islam!”

1 komentar


Gerimis turun membasahi tanah di kampus biru, awan mendung menghinggapi langit di atas Universitas Muhammadiyah Purwokerto, namun hal itu tidak menyurutkan semangat anggota UKM Teater Perisai untuk tetap menjalankan pementasan drama yang bertema “Mengikat Tali Sillaturahmi dalam Sebuah Seni di Kawasan Islami (12/3)”

Pementasan drama yang  mengangkat empat cerita itu dimulai hari ini. Tema yang saat ini merujuk tentang kehidupan sosial masyarakat ini bertujuan memberikan nilai moral kepada anggota Teater Perisai dan penonton.
“Studi Pentas kali ini bertujuan mendidik karakter warga baru teater perisai dan penonton untuk menyeimbangkan antara adat dan agama bukan malah mengalahkan satu sama lain,” ungkap Tri Suciadi selaku ketua UKM Teater Perisai.
Setiap cerita yang diangkat mengandung nilai yang dapat diambil. Cerita yang berjudul “Wanita yang diselamatkan” mengangkat kisah tentang seorang wanita dalam  menyikapi organisasi keislaman (NII yang dulunya  DI/TII). Cerita kedua, yaitu berjudul “Delusi”, yang mengangkat tentang adat dan kebiasaan orang jawa pada umumnya dan Banyumas khususnya yang juga dapat disaring dengan aqidah Islam. Kisah yang selanjutnya mengangkat sebuah cerita tentang seorang manusia yang ingin bertobat, kisah ini berjudul, “Sebuah Kesaksian”. Judul cerita yang terakhir adalah “Festival Topeng”, ini tentang sebuah kisah manusia yang penuh kemunafikan dalam menjalani hidup. Namun yang melatarbelakangi keseluruhan cerita adalah bagaimana seorang manusia itu harus hidup di tengah masyarakat.
“Pada hakekatnya yang menjadi acuan dari keseluruhan dari cerita tersebut adalah bagaimana manusia harus menyadari keberagaman yang ada. Di sisi lain, manusia juga harus melestarikan adat dan budaya yang berkembang, namun tetap tidak meninggalkan ke-Islaman,” tambah Adi yang juga mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris itu.
Selaras dengan Adi, Dirwan selaku sutradara Festival Topeng juga mengamini bahwa pementasan kali ini memiliki pesan kepada penonton untuk menjaga keharmonisan antar manusia dalam masyarakat, selain itu juga memberikan nilai moral diselipkan seperti pendidikan karakter.
Studi pentas merupakan program tahunan dari Teater Perisai, yang bertujuan untuk memberikan pengalaman pentas kepada warga baru Perisai. Pementasan ini dihadiri puluhan penonton baik dari mahasiswa UMP maupun dari mahasiswa dari kampus lain.
“Penonton yang hadir lebih dari 50, walaupun jumlah tersebut belum sesuai target yang diharapkan, namun di sisi lain, kami juga kedatangan perwakilan anggota teater dari kampu lain. Hal itu dapat memberikan masukan kepada kami terkait pementasan yang kami gelar,” Ungkap Tri Suciadi.
Study Pentas yang digelar 12 – 16 Maret di Auditorium Ukhuwah Islamiyah UMP, kali ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa UMP untuk mendapatkan pendidikan di kegiatan kemahasiswaan dan juga sebagai sarana pendidikan mahasiswa untuk menghargai dan menghormati keberbedaan.
“Pentas ini untuk memberikan hak sebagai mahasiswa UMP untuk mendapatkan pendidikan dalam proses kegiatan mahasiswa. Di sisi lain kami juga mengharapkan ketika penonton yang hadir dapat mengambil pelajaran yang kami sampaikan,” ungkap Endah Kusumaningrum selaku Pimpinan Produksi. (Evri&Vena_Bhas)
Continue reading →
Senin, 25 Februari 2013

Lomba Karya Jurnalistik Se - Barlingmascakeb

0 komentar
Continue reading →
Selasa, 29 Januari 2013

Buruknya Konsolidasi, Kesebelasan BEM Mundur

0 komentar

Belum genap satu periode kepengurusan, para pentolan Lembaga Tinggi sudah mulai meninggalkan kursi jabatannya. Terbukti dengan mundurnya 11 pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) periode 2012/2013 yang digadang-gadang sebagai ujung tombak penampung aspirasi mahasiswa.  

Awalnya BEM diperkuat dengan 26 personel yang berasal dari perwakilan masing-masing fakultas. Namun dengan alasan yang berbeda-beda sebagian dari mereka memilih mengundurkan diri dan kembali dengan kesibukannya sebagai insan akademik. 
Banyak kalangan yang menyayangkan terjadinya hal ini, dikarenakan akan berimbas pada lembaga di bawahnya yaitu di tataran fakultas dan program studi. Seperti yang disampaikan Nani Wijayanti, mahasiswi PG PAUD angkatan 2009 bahwa hal ini akan berimbas tidak maksimalnya kinerja lembaga tinggi yang seharusnya dapat menampung aspirasi mahasiswa. “BEM sebagai penampung aspirasi tetapi beberapa anggotanya mengundurkan diri, kita selaku mahasiswa nggak punya wadah yang cukup untuk menampung seluruh aspirasi mahasiswa," kata Nani Wijayanti.
Menjadi alasan klasik ketika para aktivis ini tidak lagi sanggup berada di jajaran lembaga tinggi dan memilih mengundurkan diri dengan alasan kegiatan organisasi yang menyita waktu kuliah. Tak hanya itu berbagai alasan lain juga mereka lontarkan seperti sibuk dengan kerja sebagai asisten dosen dan pekerjaan di luar kampus yang akan berimbas pada tidak intensnya kinerja di BEM.  Sebagian pengurus yang mengundurkan diri berasal dari Fakultas Farmasi, FIKES, dan Prodi Biologi. Ditakutkan kesibukannya di berbagi dengan organisasi akan berimbas pula pada nilai akademik. Namun sebagai aktivis tentu ini menjadi risiko demi kemajuan Keluarga Mahasiswa (KM). 
Mengenai hal ini saat dikonfirmasi, Presiden Mahasiswa, Bagus mengatakan kondisi BEM UMP tidak ada permasalahan. Baginya sudah menjadi hal yang wajar dan terjadi setiap tahun apabila keanggotaan BEM mengalami seleksi alam. Hal ini tentu sangat timpang dengan ketidaksiapan pengurus untuk mengemban amanah Kongres Mahasiswa (KOSMA XI). “Kepemimpinan di dalam BEM saat ini dengan metode demokrasi dan yang berhak memutuskan segala sesuatunya yaitu Presiden BEM,” ujarnya.
Lain halnya dengan Heru Prihatmoko, Wakil Dewan Mahasiswa (DEMA) UMP yang memandang bahwa Presiden BEM saat ini malah lebih otoriter dengan kata lain bersifat diktaktor. Menurutnya dari sifat inilah yang perlu di koreksi serta koordinasi yang menyeluruh. Anjar Nugroho SAg MSi, Wakil Rektor 3 (WR3) yang dihubungi via telepon selular mengatakan pihaknya malah tidak mengetahui permasalah ini. 

Kondisi BEM juga mendapat sorotan dari mahasiswa seperti yang disampaikan Catur Pamungkas, mahasiswa Program Studi Geografi. Pihaknya prihatin melihat pimpinan lembaga tinggi yang tidak loyal, banyak anggota kabinet yang pupus di tengah jalan sehingga bisa disimpulkan kurang adanya kedewasaan dalam kepribadian jajaran kabinet.Ia memandang metode kepemimpinan dalam berorganisasi saat ini kurang rapi dalam artian hubungan kekeluargaan di kebinet masih minim, hal ini yang menjadi penyebab mundurnya anggotanya sehingga berimbas pada kinerja BEM.
Saat dikonfirmasi,  Fatimah Al Mujahidah, anggota BEM yang sudah tidak aktif malah tidak mengetahui kondisi lembaganya saat ini. Dirinya mengaku jarang berkomunikasi dengan anggota yang masih bertahan. Meski begitu Fatimah mengatakan kepemimpinan presiden BEM saat ini baik hanya saja ada beberapa sikap yang kurang bisa diterima dirinya dan teman-teman. Ia memandang pemimpin terlalu posesif atau ngotot, memaksakan kehendak, dan tidak menghargai kinerja anggotanya yang sudah maksimal.
“Dalam organisasi kita dapat berlatih mengembangkan pemikiran tetapi jika segala sesuatunya harus menurut kehendak presiden BEM lama-kelamaan kita bagaikan budak, jikalau mau protes pun kita merasa tidak enak sehingga nurut saja sama pemimpin. Keadaan seperti itu yang membuat saya dan teman-teman tidak suka dan pada akhirnya lebih mementingkan perkuliahan saja,” ujar Fatimah.
(Galang, Dika, Roi, Cicih_Bhas)


Continue reading →

Rekomendasi KOSMA Dijalankan Setengah-Setengah

0 komentar

Awan mendung menyelimuti langit Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), rintik hujan mulai membasahi gedung-gedung mewah kampus biru. Pada saat yang bersamaan, tampak mahasiswa lalu lalang menuju lantai tiga di gedung PKM yang belum genap dua tahun dibangun itu. Dalam ruangan di tingkat tiga itu bernaunglah Lembaga Tinggi (LT), BEM, BKM, dan DEMA. Ketiga L.T ini memiliki tugas dan fungsi yang essensinya untuk memperjuangkan aspirasi mahasiswa dan melaksanakan amanah Kongres Mahasiswa (KOSMA). Namun apakah yang terjadi ketika Lembaga Tinggi yang telah dipercaya untuk mewakili seluruh mahasiswa kampus ini, tidak sepenuhnya mejalankan rekomendasi konstituennya?
                                                     
 Enam bulan sudah KOSMA berlalu, musyawarah yang notabennya merupakan forum tertingggi KM UMP, menjadi rujukan mendasar bagi seluruh lembaga di KM UMP, untuk menjalankan roda organisasi dan program kerja. Tidak bedanya dengan wakil mahasiswa yang duduk di kursi empuk Lembaga Tinggi. Ini dikarenakan dalam KOSMA tercatat rekomendasi-rekomendasi yang wajib dilaksanakan oleh L.T. Sebab BEM, BKM, dan DEMA telah diberi mandat oleh seluruh lembaga dan mahasiswa untuk merampungkan seluruh amanah KOSMA. Seperti yang termaktub dalam AD/ART KOSMA XI, bahwa semua lembaga KM UMP harus patuh terhadap hasil musyawarah tertinggi itu.
Namun, hal ini berbanding terbalik dengan kinerja BEM, BKM, dan DEMA dalam kurun waktu setengah periode ini, seperti yang dirasakan oleh Fadli Nur Permana, mahasiswa semester lima Prodi Biologi. Ia mengungkapkan bahwa belum merasakan kinerja BEM, BKM, dan DEMA secara signifikan.
“Saya tidak berani mengatakan bagus atau tidaknya, Cuma yang jelas BEM baru dua kali berkoordinasi dengan kami, bahkan DEMA dan BKM belum pernah menemui kami,” ungkap Fadli.
“Mengenai rekomendasi KOSMA mereka, saya belum merasakan kalau mereka melaksanakan,” tambah mahasiswa yang berwajah manis itu.
Senada dengan Fadli, Fatmah Almujahidah mahasiswi prodi Biologi juga mengungkapkan bahwa lembaga tinggi belum sepenuhnya menjalankan rekomendasi dari KOSMA, “ BKM kinerjanya baik,tetapi saat kami mengajukan proposal,proses proposal di BKM lama,sehingga menghambat kinerja,” ujar Fatimah.
“BKM sampai sekarang ini belum pernah menemui bendahara kami,” tambah Fatimah yang juga menjadi anggota di HIMABIO itu.
Senada dengan Fadli dan Fatimah, mahasiswi prodi PBSI semester 3 Laela Nur’ahluljanah juga mengatakan kinerja LT belum terasa, ini ditandai dengan koordinasi yang belum menyentuh ke mahasiswa secara keseluruhan.
“Koordinasi belum sampai pada mahasiswa secara keseluruhan, sehingga masih banyak mahasiswa yang kurang, bahkan tidak tahu tentang kinerja BEM, BKM, DEMA,” ungkap Laela.
“Sosialisasi dari lembaga tinggi UMP tidak terasa sampai ke mahasiswa cair seperti dirinya.” tambah mahasiswi yang berkulit sawo matang itu.
Senada dengan Laela, Enggar mahasiswa PKN semester 3 mengamini, bahwa lembaga Tinggi belum terlihat kinerjanya, ia mengatakan bahwa fungsi koordinasi dan konsolidasi lembaga tinggi tidak maksimal.
“Interaksi antara lembaga tinggi ke lembaga yang dibawahnya ibaratnya seperti gunung es, sifatnya kaku dan kurang bersahabat dengan mahasiswa dibawah,” tutur Enggar yang juga menjadi anggota HMPS PKn.
Rekomendasi KOSMA yang terbagi ke dalam tiga point, yaitu kelembagaan, eksternal, dan kemahasiswaan. Seluruh rekomendasi KOSMA ada 52, dengan pembagian 36 rekomendasi untuk BEM, 9 rekomendasi untuk DEMA, dan 7 rekomendasi untuk BKM. Ini merupakan hal yang wajib dijalankan oleh lembaga Eksekutif, legislative, dan Keuangan pada KM UMP itu.
Sehubungan dengan tidak dijalankannya rekomendasi KOSMA oleh lembaga tinggi, akan menimbulkan dampak signifikan bagi perkembangan KM UMP secara menyeluruh. Seperti yang diungkapkan oleh Tri Suciadi, bahwa akan terjadi ketidakseimbangan fungsi.
“Ketika tidak dijalankannya rekomendasi KOSMA oleh lembaga tinggi, akan menimbulkan dampak signifikan bagi perkembangan KM UMP secara menyeluruh. Karena akan terjadi ketidakseimbangan fungsi dari  tanggung jawab, usaha yang tidak akan terlaksana, menjadi lemah juga banyak muncul kemungkinan-kemungkinan yang tidak semestinya dan tidak jelas arah untuk semua lapisan, tutur Tri yang juga merupakan Ketua UKM Teater Perisai itu.
Presiden Mahasiswa, Bagus Arif Firmansyah, saat ditemui di secretariat BEM UMP, mengungkapkan sudah ada program kerja yang dilaksanakan oleh BEM.
“BEM sudah melantikan kabinet (seminar), Up grading (peningkatan kualitas) BEM, pendampingan OSPEK dan bakti sosial, menangani kebijakan regristrasi mahasiswa, TURBA( turun basis) dari hasil rektoras sebagai perwakilan BEM PTM Seindonesia, LKMM (latihan kepemimpinan mahasiswa muhammadiyah), Pembuatan Kanopi, Menanggapi kebijakan regristrasi mahasiswa, Seminar kebangsaan, memperingati hari sumpah pemuda di cilacap,” ucap Bagus.
“Seharusnya BEM melakukan workshop kepartaian tetapi sampai saat ini rekomendasi tersebut belum dilaksanakan. Selain itu, rekomendasi yang lain adalah mengoptimalkan koordinasi antar lembaga KM UMP,” tambah laki-laki yang berasal dari Prodi Biologi itu.
   Senada dengan Bagus, Novyandha Tiara Andriawan selaku ketua DEMA juga menyatakan dalam kurun waktu setengah periode ini telah melaksanakan beberapa program kerja.
“Dema baru melaksanakan up grading pembentukan sidang kepartaian, pematangan konstitusi, study banding ke UMS juga sidang triwulan yang sudah berjalan dua kali selama kepengurusan tahun ini”, tutur Najun panggilan akrabnya.
Selain melaksanakan rekomendasi dari KOSMA, DEMA juga berperan untuk mengontrol BEM, dan memberikan instruksi kepada mereka. Untuk masalah sosialisasi yang tidak sampai pada mahasiswa cair(biasa) menurut presiden DEMA hal itu bersifat kompleks, dia tidak bisa menyalahkan siapa siapa, para anggota organisasi sudah mempunyai tugas yang berat, maka hal yang seharusnya terjadi adalah adanya sikap saling mengerti antara para anggota organisasi dengan mahasiswa lainnya (saling bekerjasama). Rencana kedepan DEMA akan melaksanakan pematangan visi dari hasil rekomendasi sidang sidang, sosialisasi kepartaian, pembentukan alat kelengkapan,” tambah mahasiswa yang berasal dari FAI itu.
            Pada kesempatan lain, Meyza Aqweltovi selaku Direktur BKM juga mengatakan bahwa BKM telah melaksanakan program kerjanya.
“BKM telah melaksanakan pelatihan administrasi pada tanggal 30 November 2012. Program harian yang di laksanakan BKM ; Audit proposal, mencatat LPJ yang masuk, data pengeluaran setiap lembaga, Proposal yang biasanya diajukan oleh para lembaga untuk di acc,menurut meyza biasanya mengenai kegiatan ; Untuk REOR, MUSANG, dan untuk saat ini untuk olimpiade tinggkat HMPS yaitu dari HMPS biologi, geografi, matematika, seminar. Untuk seminar BKM hanya mengaudit dana operasionalnya.” ungkap Meyza
“Program lanjutan BKM akan mengadakan kunjungan lembaga untuk mengetahui administrasi setiap lembaga sudah baik apa belum. Yang bagus akan di kasih reward oleh BKM, namun kendalanya lembaga-lembaga kurang peka menghadapi surat edaran dari BKM jadinya ada miss komunikasi kalau ada sosialisasi yang penting. Seandainya ada lembaga yang mangkir, dulu kita kurangin berapa persen. Sebagai contoh kalau ada proposal kita kurangin 1%, kalau sekarang 5% dari proposal yang kita acc (setujui_red). Tapi sampai ini kami belum mengasosialisasikan masalah itu, mungkin besok triwulan ke-2, pada januari atau desember besok akan kami sosialisasikan mengenai masalah kemarin,”.” tambahnya dengan lantang.
Idealnya, program-program kerja Lembaga Tinggi menjadikan rekomendasi KOSMA sebagai arahan penyusunan kinerja yang mendasar. Ini sesuai dengan bab 4 pasal 17, bab bab 5 pasal 34, bab 6 pasal 47. (Evri, Elvi,Vena_Bhas)

Continue reading →

Pemimpin Oh Pemimpin

1 komentar
Oleh : Agni Priambodo
Dengan air mata ini...
Ku berharap kepadamu...
Pemimpin...

”Apa tujuan dipilihnya pemimpin?”. Pertanyaan yang tidak jarang muncul dalam benak kita. Pemimpin merupakan panutan atau pengambil kebijakan dalam sebuh organisasi atau manajemen. Maka tak ayal jika gerak-gerik seorang pemimpin selalu mendapat perhatian lebih dari pengikutnya. Pemimpin adalah seorang yang memiliki orang-orang yang mendukungnya. Mereka mengikuti pemimpin  karena adanya kekuasaan atau power. Power inilah yang membuat pola gerakan pemimpin terlihat lantang menembus sekat.
Walaupun pemimpin adalah seorang yang memiliki power berlebih, tentu dalam mengambil sebuah kebijakan hendaknya selalu berkordinasi dengan rakyat. Tindakan ini perlu dilakukan oleh pemimpin guna menampung aspirasi rakyat. Hal terpenting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah kemampuan menggunakan mata hati.  Seringkali para pemimpin tidak mengindahkan kebijakan tersebut berpengaruh negatif atau positif kah untuk  masyarakat.
Mengandalkan mata hati dalam menjalankan roda kepemimpinan adalah cara sederhana namun sulit dilaksanakan ditengah gencetan  kepentingan pihak yang lebih memiliki power. Sehingga apa boleh buat, kebijakan yang diambil bukan untuk kepentingan masyarakat, tetapi untuk kepentingan golongan tertentu yang telah menggencetnya. Lagi-Lagi rakyatlah yang dikorbankan.
Menjadi pemimpin yang disegani oleh pengikutnya bukanlah perkara mudah, egois adalah salah satu faktor penghambatnya. Pemimpin otokratik tentu memiliki kekhasan dalam cara memimpin, bernada keras adalah salah satu contohnya. Entah dengan nada keras tersebut menandakan ketegasan ataupun keakuannya. Sehingga para pengikut jalan seperti mesin-mesin penggerak kebijakan.
Banyak harapan rakyat untuk para pemimpin. Namun sulit rasanya menyampaikan harapan rakyat langsung kepada pemimpin. Birokrasi yang berbelit adalah alasan klasik yang menjadi penghambat suara rakyat masuk kedalam telinga para pemimpin. Dengan beribu alasan, para bawahan pemimpin seakan kompak memperhampat suara masyarakat yang penuh akan kegalauan. Berfikir beban hidup yang tak kunjung ada jalan akhirnya selalu membuat beban sikologis masarakyat menjadi tinggi. Meningkatnya aksi kriminalitas adalah salah satu indikasi, dimana sebagian masarakyat sudah merasa frustasi dengan keadaan ekonomi yang pas-pasan. Dibarengi dengan sifat para pemimpin yang kian hari kian melupakan tanggung jawabnya sebagai pemimpin tentu semakin memperparah keadaan sosial masyarakat.
Dewasa ini sedang ngetrend politik “blusukan” ala Jokowi, mantan Walikota Solo yang kini memimpin DKI Jakarta.   Tidak berapa lama Susilo Bambang Yudhoyono yang biasa disapa SBY pun latah. Entah mereka benar-benar menyerap aspirasi masyarakat dengan cara turun gunung  ataukah hanya sekedar politik pencitraan menuju Pemilihan Presiden RI pada tahun 2014. Patut kita waspada menghadapi  politik blusukan ala pemimpin kita ini. Apalagi pada tahun 2013 Kabupaten Banyumas mengadakan Pesta Demokrasi guna memilih pemimpin yang baru. Jangan sampai keadaan sosial masarakyat  menjadi tambah rumit akibat dijadikan ladang petarungan politik. Harusnya para pemimpin merasa malu terhadap rakyatnya sendiri, karena mereka telah mengorbankan kepentingan rakyat umtuk kepentingan golongannya.
Patut dianalisis oleh kita sebagai masarakyat Kampus biru, dalam waktu dekat ini masa kepemipinan  Presiden BEM UMP periode 2012-2013 akan segera habis. Akan kah politik blusukan ala Jokowi ini  diterapkan oleh mereka para pihak yang berkepentingan dalam rangka menghadapi Pemilu Raya 2013?
Sebuah pertanyaan yang sangat mendasar dibenak kita. Jikalau politik blusukan benar ditiru oleh kampus biru, apakah mereka akan benar-benar menyerap aspirasi masarakyat kampus?

“Kita harus berani menilik ke belakang, sesungguhnya apa niat mereka menjadi seorang pemimpin?
Untuk kepentingan pribadi?
Untuk kepentingan golongannya?
Untuk kepentingan masyarakat?”
Jika dari awal mereka telah berkomitmen untuk memenuhi hasrat diri sendiri, maka tak heran jika mereka mendapatkan kekayan materil maupun non materil yang memuaskan nafsu dunia  mereka. Jika dari awal mereka telah berminat untuk mensejahterakan kelompoknya, maka tak heran kepentingan masyarakat luaspun terkebiri. Jika dari awal mereka telah memiliki niat untuk menjadi tombak kebangkitan masyarakat tentunya keadaan masarakyat akan lebih nyenyak dari saat ini. Dimana kaum masyarakat menengah ke bawah yang menjadi penduduk mayoritas di negeri ini ternyata masih diminorkan dalam hal keadilan dan kesejahteraan.
Saat  ini, beramai-ramai para pemimpin saling menulikan telinga serta membutakan mata  dari realita yang terjadi di masyarakat. Ketika pendidikan kian mahal dan tak terjangkau oleh semua lapisan masyarakat,  ketika upah pekerja semakin dikepras oleh kepentingan kapitalis, ketika rakyat mulai bimbang kepada para pemimpin.Inilah masa dimana masarakyat mulai gundah akan kestatisan keadaan yang slalu merugikan mayoritas masyarakat. Maka tak salah jika kita peringatkan para pemimpin untuk memikirkan kebijakan yang telah mereka buat harus berpengaruh positif  kepada masyarakat.
Tidak bisa dipungkiri maraknya aksi kekerasan dalam kehidupan masyarakat bukan semata-mata karena kegagalan pendidikan moral, tetapi tak lepas juga dari perilaku pemimpin yang mengesampingkan moral mereka dalam bertindak, sehingga perilaku para  pemimpin mudah dicontoh oleh rakyatnya. Tindakan asusila serta korupsi adalah makanan sehari-hari rakyat yang diperoleh dari para pemimpin. Sungguh miris, diluar mereka berpenampilan penuh keanggunan namun didalam mereka layaknya sebuah pembunuh bayaran yang siap menikam siapa saja. Inilah pergaulan politik yang salah namun dilakukan oleh para pemimpin kita. Berlomba bermain dengan citra guna meraih simpati rakyat. “menangis di posko pengungsian korban banjir” adalah salah satu contoh penyakit citra yang slalu diluapkan oleh pemimpin kita. Rasanya rakyat harus meberi tahu kepada para pemimpin, hendaknya kalau bersandiwara tempatnya di lokasi shooting, bukan di posko bencana. Bermain dengan citra adalah salah satu langkah bodoh yang dilakukan oleh peimpin di tengah tersadarkannya mayoritas masyarakat.
Rasanya bukan isapan jempol semata, kinilah saatnya kaum muda yang harus memimpin. Kinilah saatnya kaum berintelek harus memimpin. Kinilah saatnya kaum proletar harus memimpin. Bukan tidak mungkin ketiga golongan ini mampu memotong rantai pemimpin yang acuh kepada rakyat. Pola kepemimpinan sekarang adalah serpihan dari pola pemimpin Orde Baru. Dimana otot bekerja lebih keras dibandingkan otaknya. Sehingga rakyat sudah mulai enggan mendengarkan janji ataupun lontran ucap para pemimpin.
Pemimpin yang tidak membela kepentingan mayoritas masyarakat adalah pemimpin yang tidak amanah, sehingga sah bagi kita, masyarakat yang tersadarkan untuk melawannya. Bukan dengan kekerasan, namun dengan tindakan yang berperikemanusiaan. Banyak contoh yang dapat kita ambil dari kebijakan pemimpin yang tidak pro rakyat, diantaranya adalah menaikan tarif dasar listrik ditengah maraknya aksi korupsi oleh para pemimpin serta vonis rendah para koruptor. Rasanya sakit hati rakyat tidak akan pernah terobati dan besar kemungkinan akan menjadi meriam bagi para pemimpin.
Ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh pemimpin, diantaranya pemimpin itu harus siddiq, artinya pemimpin harus berani menyuarakan kejujuran dan kebenaran. Jika pemimpin sudah mampu untuk bertindak jujur serta jauh dari kesalahan, maka pemimpin akan lebih memperhatikan kepentingan masarakyat ketimbang mementingkan kelompoknya. Pemimpin itu harus fathonah, artinya pemimpin harus memiliki intelektualitas tinggi, sehingga dalam memutuskan kebijakan untuk rakyat akan dipertimbangkan sematang mungkin untuk kebaikan masyarakat. Pemimpin itu harus amanah, artinya pemimpin yang dipilih oleh rakyat harus mampu membawa rasa percaya yang telah diberikan oleh rakyat, sehingga tidak muncul rasa kecewa. Pemimpin itu harus tabligh, artinya dalam menjalankan sistem pemerintahan, pemimpin harus berani transparan dalam manajemennya. Jika keempat poin tersebut dapat dipetik dan dijalankan oleh pemimpin kita maka kekecewan rakyat bisa dihindari.
Continue reading →

Labels