Jumat, 17 April 2015

Beragam Bahasa, Pentas Maligi Bejibun Kritik

0 komentar
Stupen 2015 Teater Perisai "Maligi". Bhas.Doc.
Studi pentas (Stupen) 2015 Teater Perisai yang di sutradarai oleh Adhy Pramudya yang membawakan naskah “Maligi” menuai banyak kritik terkait pementasannya. Penonton dibuat bingung karena dalam pementasan tersebut banyak menggunakan bahasa-bahasa dari banyak daerah di Indonesia.


BHASKARA- Kamis (16/4), Teater Perisai menggelar Studi Pentas (Stupen) yang berjudul “ Maligi “ di Auditorium Ukhuwah Islamiyah UMP. Beragam Bahasa menjadi kendala bagi penonton dalam memahami isi pementasan ini. Pasalnya, Beragam bahasa diambil dari berbagai suku daerah di Indonesia.
Pementasannya bagus, tetapi pesannya kurang bisa ditangkap karena bahasa yang asing”, ujar Rivandi salah satu penonton. Hal serupa juga dilontarkan oleh Budayawan,Wage Teguh Wijono , “Saya merasa bingung karena bahasanya dengan banyak dialek dan saya kira penonton juga bingung, apalagi penonton awan yang baru pernah menonton pementasan drama sekali”.ujarnya.
Kebingungan tersebut sudah diperkirakan oleh sutradara. Namun, hal ini dibuat dengan tujuan untuk mengenalkan bahasa – bahasa yang ada dari berbagai daerah di Indonesia.
“Di sini saya ingin lebih mengenalkan bahasa-bahasa yang ada banyak daerah di Indonesia kepada semua penonton, dan dari situ saya juga mengajak penonton untuk berpikir tentang inti dan pesan dari pementasan ini”, ujar Sutradara, Adhy Pramudya yang ditemui seusai pentas.
Dibalik panggung, setelah pementasan selesai terlihat para aktor sangat bahagia karena telah menyelesaikan tugas pertama mereka sebagai anggota baru Teater Perisai. Meskipun gugup dan melelahkan, semua sudah terbayarkan dengan pementasan ini. “Gugup pasti dirasakan, selama latihan juga saya mengalami permasalahan dengan banyaknya bahasa yang digunakan dan saya juga sempat mengeluhkan pada mas Adhy selaku sutradara”, tutur Abdul aziz alias Lemon sebagai salah satu aktor yang memerankan tokoh iblis.
Berbagai kritik dan tanggapan yang datang, ketua umum Teater Perisai, Adityanang Prio Laksono alias Panjul menanggapi dengan tenang dan sangat mengapresiasi hasil pementasan anggota- anggotanya, ”Meskipun banyak kritikan, tetapi pementasan kali ini patut di apresiasi karena bisa membawakan naskah yang berbeda dari pementasan angkatan tahun sebelumnya” tuturnya.
.
Pentas yang di sutradarai oleh Adhy Pramudya ini mengambil aliran yang memadukan surealisme-realisme. Mengadaptasi dari Novel Italia milik Nocolo Machiaveli yang kemudian diadaptasi oleh T. Arif menjadi naskah lakon berbahasa Indonesia yang berjudul “Ketika Iblis Menikahi Seorang Perempuan”. Pasalnya pentas tersebut disampaikan dengan beragam dialek bahasa dari berbagai suku di Indonesia. (Pras/Lut_Bhas)


Leave a Reply

| Bhaskara online feeds |

Tanggapi Artikel

Labels