Rabu, 16 Juli 2014

Mahasiswa dan Dinamika Politik Timur Tengah

0 komentar


“Upaya untuk memperoleh atau mempertahankan kekuatan, itulah politik...”
(Carl J Friedrich)

Politik Islam
Kehidupan berpolitik tak pernah lepas dari kehidupan sosial suatu negara. Seperti halnya sistem kekuasaan pra-islam yang terjadi di Timur Tengah. Wilayahnya yang di kelilingi oleh gurun pasir, menjadikan masyarakatnya harus hidup berkelompok dan  nomaden. Itu bertujuan untuk memenuhi kehidupan setiap kelompoknya. Setiap klan dipimpin oleh seorang syaikh. Dari sejarah singkat sistem kekuasaan di Timur Tengan ini berpengaruh terhadap pola masyarakat Timur Tengah sekarang ini. Sifat yang dimiliki karena dipengaruhi oleh lingkungan ini, membuat karekteristik tersendiri dalam sistem perpolitikan dan pemerintahannya hingga sekarang.
Lahirnya Islam di Timur Tengah, sangat mempengaruhi pola kehidupan masyarakatnya. Munculnya Muhammad sebagai pemimpin besar di Timur Tengah saat itu, menjadi tonggak sistem pemerintahan di Jazirah Arab. Masyarakat Timur Tengah menganut teokrasi dengan Muhammad sebagai Rasul-Nya. Paska wafatnya Muhammad, timbullaah sistem kepemimpinan Khilafah.
Khilafah sebagaimana definisi gerakan Islam Sunni, adalah kepemimpinan umum bagi seluruh kaum Muslim yang bertujuan, untuk menerapkan hukum syariat Islam dan mengemban risalah Islam, ke seluruh dunia. Itu merupakan peninggalan Khilafah Islam, yang suatu ketika pernah terbentang dari Indonesia hingga ke Spanyol, selama 1400 tahun. Khilafah bukanlah sistem monarchi, demokrasi, autoritarianisme, juga bukan pemerintahan teokrasi, tetapi transaksi kepemimpinan antara khalifah yang terpilih, dengan umat dalam rangka menerapkan hukum-hukum Islam, dalam politik di manupun.
Sedangkan, masa ini negara-negara di Timur Tengah, yang mayoritas beragama Islam, sebagian menganut sistem kepemerintahan monarki. Seperti yang dijalankan oleh negara Arab Saudi, yang dipimpin oleh seorang raja secara turun temurun. Begitu juga dengan Jordan, Oman dan Kwait. bahkan masih ada yang menganut sistem monarki absolut, dimana kekuasaan adalah mutlak milik raja bukan milik rakyat. Hal ini yang membuat kepemerintahan di Timur Tengah bersifat diktator.

Konflik berkepanjangan
Sekarang ini, pemimpin negara yang diktaktor, membuat masyarakat merasa tidak sepenuhnya berpartisipasi dalam sistem pemerintahan. Sadangkan kediktatoan tersebut, juga akan melahirkan kaum-kaum ekstrimis, yang akan memicu konflik, karena dengan cara yang formal dan legal tidak ada tanggapan serius dari pemerintahan maka cara radikal dan unjuk rasa merupakan cara yang dianggap oeh sebagian warga negara akan mendapatkan tanggapan yang pasti dari negara. Seperti yang dilakukan oleh mesir, libya, dan Tunisia.
Ada sebagian negara berkonflik memang dipicu oleh adanya terorisme. Jaringan Al Kaeda, yang menjadi jaringan teroris terbesar di dunia cukup memberikan pengaruh yang kuat terhadap negara yang dianggap sangat dipengaruhi oleh musuh-musuh Al Kaeda, seperti Afghanistan, Pakistan, dan Palestina.
Keberhasilan Tunisia dan Mesir menjadi dorongan tersendiri bagi negara-negara yang ingin melakukan aksi yang sama yang memang internal negara tersebut memiliki keinginan yang kuat untuk berubah. Ini akibat ketidakpuasan warga negara, terhadap pemerintah yang bisa dikarenakan kemiskinan, pengangguran, dan memburuknya kondisi ekonomi. Faktor-faktor tersebut mampu memunculkan tokoh oposisi baru yang merasa bisa membuat keadaan yang lebih baik. Yang pada akhirnya, tokoh oposisi tersebut mengkoordinir masa untuk melakukan unjukrasa.
Secara umum negara yang berkonflik merupakan masyarakat fasis, yaitu suatu negara yang dikuasai oleh suatu partai diktator yang diorganisasi oleh seorang pemimpin kharismatik. Praktis rakyat tidak memiliki peranan dalam segala kegiatan pemerintahan dan merasakan kepuasan dengan menyaksikan kekuatan negara yang maha besar. Meskipun demikian, kelompok-kelompok yang merasa kepentingannya tidak terfasilitasi oleh negara maka mereka akan menjadi oposisi dan terus menerus menekan negara tersebut untuk berubah. Hal inilah yang membuat konflik yang terjadi dipicu oleh radikalitas dari pemimpin dan membuat beberapa kelompok juga berubah menjadi radikal melawan pemimpin negara.
Kelompok - kelompok yang melawan dan berubah menjadi radikal bukan hanya dari kalangan elit politik saja. Apalagi di era dimana demokrasi dijunjung tinggi pada saat ini, dan kekuasaan ada ditanggan rakyat. Menjadikan pemimpin yang diktator banyak dikecam oleh banyak pihak baik internal maupun eksternal negara tersebut. Mahasiswa di seluruh dunia juga berusaha untuk menjalankan fungsinya sebagai pengawal kebijakan negara dengan isu-isu kemanusiannya.
Konflik yang berkepanjangan di Timur Tengah, selalu menumbuhkan aksi-aksi solidaritas yang dilakukan oleh mahasiswa untuk membantu dunia ketiga dari penjajahan atas nama kemanusiaan. Dari aksi demonstrasi sampai penggalangan dana untuk dunia ketiga yang sudah sangat biasa dilakukan oleh mahasiswa kebanyakan. Apakah aksi-aksi yang selalu dilakukan tanpa ada inovasi ini adalah sebuah bentuk dari keputusasaan dalam penyelesaian konflik yang terjadi di Timur Tengah?
Saya harap tidak, Mahasiswa merupakan calon pemimpin bangsa untuk masa depan. Mau tidak mau yang menjadi mahasiswa sekarang ini akan menjadi pemimpin negaranya kelak. Mindsite yang dimiliki mahasiswa akan mempengaruhi keberlangsungan suatu negara. Jadi dibandingan dengan aksi-aksi yang mempunyai sifat sementara saja, kita sebagai mahasiswa harusnya mempunyai metode-metode inovatif untuk merubah mindsite mahasiswa yang sekarang ini cenderung apatis menjadi mahasiswa yang lebih peduli dengan perdamaian di dunia.

Metode inovatif
Misalkan seperti yang dilakukan 22 mahasiswa AS, dari penjuru negeri datang ke Pittsburgh, Pennsylvania. Melalui sebuah forum yang disebut Sidang Timur Tengah, dibentuk di Universitas Pittsburgh. Pembahasannya tidak jauh dari keadaan yang tengah berlangsung saat ini, untuk mendorong metode-metode akar rumput baru bagi perdamaian.
Para mahasiswa peserta memainkan peran, tidak hanya sebagai para pemimpin yang terlibat dalam konflik, tetapi juga peran menjadi wartawan, ahli, dan lainnya yang membaktikan diri, bagi kesadaran dan perdamaian regional. Hasil dari simulasi ini sangat beragam dan kreatif.
Lalu bagaimana dengan mahasiswa di Indonesia? Mengetahui akar permasalahan memang penting. Tapi yang lebih penting lagi bagaimana kita bisa berkontribusi secara kongkrit dalam mencapai tujuan bangsa indonesia “penjajahan diatas dunia harus dihapuskan”. Perubahan tidak semerta-merta seperti membalikan telapak tanggan atau bahkan dengan kekerasan. Ubahlah cara berfikir mahasiswa untuk menumbuhkan rasa perdamaian dengan metode-metode inovatif.  (Bhas_FTW)












Leave a Reply

| Bhaskara online feeds |

Tanggapi Artikel

Labels