Rabu, 07 September 2016

Kongkow Bersama 5 Organisasi Eksternal

0 komentar


Bhaskara - Lembaga Pers Mahasiswa Bhaskara baru-baru ini menyelenggarakan diskusi publik bersama lima organisasi ekstra kampus di Lobi Fakultas Teknik lantai satu, selasa (6/9). Kelima organisasi ekstra tersebut adalah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), dan Front Mahasiswa Nasional (FMN).
Kegiatan ini merupakan salah satu cara untuk menghidupkan kembali kebebasan mimbar akademik dalam kampus. Lalu apa saja isi dari diskusi tersebut?
“kampus yang menjadi tempat dimana mahasiswa untuk saling menambah wacana dan juga berpendapat, harus memiliki ruang publik sebagai wadah kebebasan mimbar akademik. Sudah sejak lama Universitas Muhammadiyah Purwokerto kehilangan ruang publik sebagai penyalur mimbar kebebasan akademik,” kata Ardiyanto selaku moderator dalam forum diskusi tersebut.
Ardiyanto juga menjelaskan sistem diskusi tersebut agar nantinya masing-masing organisasi ekstra kampus menjelaskan apa tujuan dan bagaimana garis perjuangan mereka. “Diskusi publik ini menjadi pengenalan bagi organisasi ekstra kampus agar mahasiswa baru dapat lebih mengenal tentang arti pergerakan dan perjuangan mahasiswa,” kata Ardiyanto.
IMM yang diwakili oleh Alif selaku ketua kordinator komisariat (Korkom) yang baru, menjelaskan tentang garis perjuangan IMM sendiri. “IMM yang notabene merupakan organisasi yang berada dalam naungan Muhammadiyah, mengikuti setiap arah dan aturan yang sudah menjadi Khittah Muhammadiyah. IMM sebagai pengemban amanat dalam menjalakan khittah Muhammadiyah khususnya di kampus UMP, memiliki visi yang sama dengan kampus UMP yaitu menjadi mahasiswa yang unggul, modern, dan berakhlak islami,” katanya.
Sedangkan dari PMII yang diwakili Fajar, lebih tertarik terhadap persatuan agar kelima organisasi ekstra ini dapat saling bersinergis dan bekerja secara kolektif. “Saya disini lebih suka untuk mendiskusikan peran kita organisasi ekstra agar dapat saling menjaga dan menjadi wadah mahasiswa yang ingin menambah wacana lebih,” katanya. Mengenai peran PMII sendiri menanggapai tema menjadi mahasiswa yang unggul, modern, dan islami, Fajar lebih menekankan kepada pola berfikir yang panjang dan kritis.
FMN yang diwakili oleh Biko, mengatakan bahwa kurang setuju bila harus membedakan organisasi eksternal dan internal kampus. “Normalisasi Kehidupan Kampus dan Bandan Koordinasi Kampus adalah penyebab memisahnya kegiatan mahasiswa didalam dan diluar kampus. FMN sendiri memusatkan gerakannya dipada penindasan terhadap kaum buruh, petani, dan pekerja rendahan,” katanya.
Zakaria sebagai wakil dari HMI komisariat Fakultas Teknik, lebih mengajak kepada peserta forum untuk senantiasa membuka lebih mendalami tema diskusi kali ini. “Parameter unggul  seperti apa? Apa parameter modern itu? Apa si akhlak islami?. HMI sendiri mengartikan unggul adalah dengan bertindak dan modern dalam berfikir serta berakhlakan islami bukan hanya sebagai kegiatan simbolik saja,” katanya.
“Momok utama bagi GMNI sendiri adalah  pejuang dan pemikir. Gerakan perjuangan dan pemikiran GMNI memfokuskan terhadap kaum marhaen atau kaum buruh rendahan. GMNI komisariat UMP, juga belajar tentang nilai nilai islami karena untuk mengadaptasi dengan kampus tempatnya berada,” kata Anwar selaku perwakilan dari GMNI. Ia juga tidak mempermasalahkan dengan perbedaan organisasi ekstra maupun intra didalam kampus, karena pada dasarnya semua anggota organisasi ekstra maupun intra adalah mahasiswa.
Sebagai penghangat diskusi malam itu, Ardiyanto selaku moderator memutarkan sebuah video berisikan kekayaan alam Indonesia yang beum dapat memakmurkan masyarakatnya. Setelah pemutara video tersebut, setiap organisasi ekstra menanggapi seputar permasalahan yang ada di Indonesia tersebut.
“Permasalahan yang ada disetiap negara pada dasarnya sama yaitu krisis kesadaran” kata Zakaria perwakilan dari HMI. Menurutnya, disetiap negara juga memiliki kerajaan kapitalis sendiri dalam pasar global. Sesuai dengan misi HMI terbinanya mahasiswa yang akademisi dan bertanggung jawab, maka dengan misi tersebut diharapkan HMI mampu mengatasi problematika yang ada di Indonesia.
Sedangkan menurut Alif, sebagai mahasiswa yang memegang predikat agent of change, kita diharuskan peka dan berani mengambil sikap terhadap permasalahan tersebut. “Mengatasi permasalah dalam video tersebut, IMM selalu berusaha memecahkan setiap masalah berdasarkan visinya. Di IMM cara mengatasi permasalahan di Indonesia dengan cara menunjang pemuda untuk menjadi garda terdepan dan juga menyadarkan mahasiswa agar tidak terlalu fokus terhadap akademiknya”.
“Untuk menghadapi permasalahan di Indonesia yang berbeda-beda, tentunya memiliki cara atau solusi yang berbeda. Dari permasalahan tersebut erat kaitanya dengan kesadaran mahasiswa terhadap nasib bangsanya. Jadi, GMNI berusaha meningkatkan kesadaran dari bangsa Indonesia dengan meningkatkan rasa nasionalisme dan patriotisme. Peran GMNI sendiri dalam bangsa yaitu meningkatkan jiwa nasionalisme bangsanya” kata Anwar.
Sedangkan Biko berpendapat bahwa permasalahan yang ada di Indonesia pada dasarnya hanya ada dua, yaitu penghisapan dan penindasan. “Penghisapan yaitu dengan cara menghisap perekonmiannya. Penindasan yaitu menggunakan kebijakan yang bersifat mengkerdilkan hak masyarakat. FMN hadir sebagai untuk menyatukan problematika masyarakat yang utuh dan mengaktualisasikan dengan tindakan yang nyata. Ia juga mengkritisi sistem kapitalis yang menindas rakyat dengan cara mengkerdinalkan perekonomian rakyat,” katanya.
Fajar berpendapat salah satu permasalahan yang mendasar di Indonesia Sumber Daya Manusia. “Dari PMII memiliki sistem edukasi untuk meningkatkan SDM anggotanya. Karena dari SDM yang kaya, Indonesia akan dapat memanfaatkan Sumber Daya Alam yang ada” katanya.
Selain mengkritisi tentang kebjakan yang tidak pro terhadap rakyat, Ardiyanto selaku moderator memfasilitasi peserta untuk mau bertanya. Berbagai pertanyaan yang diajukan oleh peserta forum membuat hangat diskusi. Salah satu pertanyaan datang dari Bayu yang menanyakan pernahkah kelima organisasi eksternal mencoba bersatu dan bersama untuk mendiskusikan sebuah masalah?
Biko berpendapat, bahwa sebuah permasalahan dapat dipecahkan bersama dengan semua elemen. “Prinsip dasar kesatuan yaitu ada dua. Yaitu menciptakan musuh bersama dan mencari solusi bersama” katanya. Ia juga menambahkan, FMN sendiri bersedia untuk saling berdiskusi bersama mengenai permasalahan yang ada.
Fajar berargumen bahwa di PMII manhajul fiker, berpatokan azas dan prinsip tidak selalu ditengah-tengah agar dapat berprilaku adil. “PMII menggunakan dialog keagamaan dan melakukan kajian keislaman pada mahasiswa” katanya. Fajar juga berpendapat langkah untuk menyatukan pandangan berangkat dari perbedaan. Ia setuju juga bahwa perlu adanya diskusi untuk menyelesaikan sebuah permasalahan.
Tidak berbeda jauh dengan Fajar, Alif berpendapat bahwa IMM berprinsip amal ma’ruf nahi mungkar.”IMM menganut tujuan dari Muhammadiyah dan menggunakan dialegtika sebagai wadah memecahkahkan masalah” katanya. Ia juga sepemikiran bahwa perlu adanya ruang publik untuk saling bertukar pikiran untuk semua organisasi.
Setelah menanyakan seputar bagaimana nantinya organisasi ekstra dapat saling bersinergi untuk berdiskusi dalam memecahkan masalah bersama, sebuah pertanyaan kembali datang. Uswatun Khasnah salah seorang peserta diskusi menanyakan apakah salah satu dari organisasi ekstra ada yang berafiliasi dengan pertai politik?
Anwar berpendapat bahwa GMNI yang kerap kali mendapat asumsi negatif seputar afiliasi dengan partai. “GMNI sendiri tidak berafiliasi dengan parpol. Mengenai pendanaan dari mereka menggunakan asas gotong royong dan alumni untuk menjaga keindependensiannya” katanya
Sedangkan dari PMII, fajar menuturkan bahwa kader PMII menggunkan sistem saling membantu dari anggotanyanya. “Kami juga memiliki konsep kedepannya untuk mempunyai badan usaha sendiri untuk memenuhi kebutuhan anggotanya” katanya.
Dari HMI komisariat Fakultas Teknik mengatakan bahwa, HMI tidak berafiliasi dengan sebuah partai. “Mengenai sistem pendanaan orgnanisasi, kami murni dari anggota” kata Zakaria.
Di FMN sendiri memiliki slogan bantingan. Biko menuturkan bahwa di FMN sendiri tidak berafiliasi dengan partai manapun. “Mami berafiliasi dengan orgnaisasi buruh untuk dapat saling membantuk agar tercapainya tujuan bersama. Sedangkan untuk pendanaan sendiri FMN menggunakan sistem bantingan atau biaya dari masing-masing anggota” kata Biko.
Sedangkan dari IMM sendiri lebih diuntungkan karena mereka berafiliasi dengan Muhammadiyah. “IMM tidak berafiliasi dengan parta. IMM hanya mengikuti khittah perjuangan Muhammadiyah. Pendanaan IMM sendiri lebih ringan karena diberi langsung oleh kampus UMP. Tetapi adakalanya dana itu habis, maka IMM akan meminta kecabang dan ke pengurus Muhammadiyah” kata Alif.
Dari diskusi publik kali ini, moderator Ardiyanto menyimpulkan bahwa setiap organisasi ekstra memiliki kajian ilmiah tersendiri untuk setiap anggotanya. Dari pemaparan diskusi kali ini, diharapkan nantinya semua organisasi ekstra maupun intra dapat saling bersinergi untuk membangun bangsa agar tercapai visi dari UMP, yaitu Unggul, Modern dan berakhlakan Islami. (Decky/Bhaskara).

Leave a Reply

| Bhaskara online feeds |

Tanggapi Artikel

Labels