Lomba Karya Jurnalistik Se BARLINGMASCAKEB
LPM BHASKARA Universitas Muhammadiyah Purwokerto mengadakan Lomba Karya jurnalistik Untuk Pelajar Se Barlingmascakeb dengan tema Buramnya Pendidikan Di Negriku.Download Formulir dan Ketentuan Lomba.
Adat Istiadat Perlu Berjalan Berdampingan Dengn Aqidah Islam
Awan mendung menyelimuti langit Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), rintik hujan mulai membasahi gedung-gedung mewah kampus biru. Pada saat yang bersamaan, tampak mahasiswa lalu lalang menuju lantai tiga di gedung PKM yang belum genap dua tahun dibangun itu.Selengkapnya..
Pengelolaan Hotspot Belum Maksimal
Hotspot yang akhir-akhir ini menjadi popular, karena kemudahan dan keefektifannya membuat hotspot digemari para pecinta dunia maya. Universitas Muhammadiyah Purwekerto (UMP) merupakan salah satu yang menggunakan teknologi hotspot.Selengkapnya...
Buruknya Konsolidasi, Kesebelasan BEM Mundur
Belum genap satu periode kepengurusan, para pentolan Lembaga Tinggi sudah mulai meninggalkan kursi jabatannya. Terbukti dengan mundurnya 11 pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) periode 2012/2013 yang digadang-gadang sebagai ujung tombak penampung aspirasi mahasiswa. Selengkapnya...
Pemimpin Oh Pemimpin
Dengan air mata ini... Ku berharap kepadamu... Pemimpin... Selengkapnya...
FEB Dirasa Ambil Keputusan Sepihak
Kongkow Bersama 5 Organisasi Eksternal
BKM lantik kepengurusan baru
Pengambilan sumpah Kepengurusan Badan Keuangan Mahasiswa (BKM UMP Periode -2016-2017 |
Bhaskara - Badan Keuangan Mahasiswa (BKM) Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) melantik kepengurusan baru periode 2016-2017 di gedung Pusat Bahasa ruang F.1 04, Jumat malam (5/8). Diantaranya, 18 personil BKM bersumpah akan melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diemban, berjuang dan memajukan KM UMP melalui kepengurusan BKM serta mentaati dan menjalankan garis-garis perjuangan KM UMP.
Rektor dorong Organisatoris intelek dan produktif
Rekam Jejak Calon Presiden
Menanti KM UMP Produktif
korban longsor terisolir
Foto:Detik.docxxhx
|
Bhaskara - Tanah longsor yang terjadi beberapa hari lalu mengakibatkan terisolasinya dua desa di kabupaten Purworejo. Hal ini diakibatkan karena akses utama menuju kedua desa tersebut rusak tertimbun longsoran tanah. Imbasnya, sekitar 1400 warga dari dua desa tersebut hanya mengandalkan bantuan yang datang, karena perekonomian mereka yang lumpuh total, Sabtu (25/6).
Sugeng, selaku kepala dusun Kradenan mengatakan memang tidak seluruhnya bergantung pada bantuan, Tapi sebagian besar kebutuhan masih bergantung pada bantuan.
Hal ini disampaikan Sugeng di posko Desa Tlogorejo Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Sabtu (25/6/2016) dikutip dari detikNews.
Desa Tlogorejo menjadi desa terakhir atau terjauh setelah Desa Sudimoro yang hingga hari ini hanya bisa dijangkau dengan berjalan kaki atau kendaraan offroad melalui aliran sungai.
Menurut Sugeng, warga desa setempat sangat kesulitan saat hendak melakukan aktivitas kerjanya dan membeli kebutuhan keluarganya karena akses jalan rusak "Kami mau beli (kebutuhan hidup) gimana tidak bisa keluar desa, belum mulai kerja. Masih kerja bakti dulu. Kerjanya ya kalau punya peliharaan saja," katanya.
Sedangkan kondisi mereka tak hanya terisolir juga terputus dari aliran listrik. Setiap malam tiba, warga hanya menyalakaan lilin untuk penerangan. “Lilin kami dapat dari bantuan juga," imbuhnya. Untuk mengambil bantuan di dua desa terdekat, yakni Desa Ngaran dan Desa Sudimoro, mereka harus berjalan 2-5 km. Desa Tlogorejo berjarak sekitar 15 km dari Kota Purworejo jika ditempuh dari Dusun Caok dan Desa Sudimoro.
Namun karena jalur tersebut putus, masih ada jalur lain melalui Kaligesing. Namun jaraknya lebih jauh dua kali lipat dengan kondisi jalan yang curam dan rusak sehingga hanya kendaraan offroad yang bisa digunakan untuk melaluinya. Keadaan yang sama terjadi di Desa Sudimoro. Sekretaris Desa Sudimoro, Turiah berharap perbaikan jalan yang ambrol dan tertutup longsor segera rampung, serta aliran listrik kembali normal.
"Kami tidak bisa mencari nafkah. Tidak bisa apa-apa. Karena meski bertani, mau jualnya juga susah karena jadi jatuh harganya karena biaya transportasi mahal," ulasnya. Seorang warga Desa Sudimoro, Asrofi mengaku dia dan warga lainnya sudah mulai tertekan dengan kondisi ini.
"Sudah mulai stres karena tidak bisa apa-apa, tidak bisa ke mana-mana. Kerja tidak bisa," kata Asrofi. Bantuan yang dibutuhkan dua desa ini yakni lampu penerbangan darurat, senter, sembako, bahan makanan segar, hingga bensin. Siang ini dua alat berat mulai bekerja menyingkirkan material lumpur dan batuan yang menimbun jalan yang menjadi tumpuan warga tersebut. Pihak PLN sempat menjanjikan kepada Sugeng dalam 2-3 hari ke depan desanya akan bisa kembali mendapat aliran listrik. "Kemarin bilangnya 3-4 hari lagi. Semoga bisa selesai (perbaikannya)," harap Sugeng. (DK/Bhaskara)