Bhaskara_Sudah dua bulan lebih paska Kongres Mahasiswa (Kosma)
kursi kepresidenan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UMP kosong. Sampai berita
ini diturunkan, belum ada kejelasan penyelenggaraan pemilu raya mahasiswa.
Pasalnya, KPU-M sebagai badan penyelenggara juga belum terbentuk.
Ketua
DEMA UMP
Rya Dwi Aditya mengaku sudah
beberapa kali mengirim surat kepada lembaga. Namun, Lembaga yang datang tidak memenuhi kuota
forum, sehingga pembentukan KPU-M
itu belum bisa terlaksanakan. Ketua
DEMA UMP yang biasa disapa Adit mengaku, sudah beberapa kali
mencoba lagi untuk mengumpulkan kawan-kawan lembaga. Tapi hasilnya masih sama
saja, hanya beberapa lembaga yang datang.
“Berbagai
usaha sudah saya lakukan dari mulai mengirim surat, sms, sampai mendatangi
setiap sekre. Bahkan sampai melakukan penjemputan, orang yang ada disekre
langsung suruh datang. Rencananya saya akan mengundang kembali seluruh lembaga pada Senin,(12/1),” ungkap
Adit.
Menurut Sekertaris MAPALA
SATRIA Yuni, Komunikasi DEMA dengan lembaga yang buruk merupakan penyebab
gagalnya koordinasi antar lembaga dalam pembentukan KPU-M. Ia mencontohkan,
dalam pengiriman surat ke lembaga, DEMA selalu mendadak. “Sampai Minggu (11/1)
sore tidak ada undangan terkait pembentukan KPU-M pada Senin (12/1). Hanya
kabar burung saja,” ungkapnya.
Terpisah,
menurut Ketua DEMA FKIP,
yang juga anggota Dewan
Kehormatan
DEMA UMP
Nurul mengakui,
salah satu faktor terhambatnya proses pembentukan KPU-M, memang karena kurang adanya
komunikasi diantara internal DEMA UMP sendiri.
“Saya
merasa belum ada komunikasi yang baik, diantara DEMA UMP dengan DEMA F. Karena sejauh ini
komunikasi hanya melalui surat dan sms. Untuk komunikasi secara langsung memang
belum maksimal. Karena baru terjalin dengan beberapa DEMA F saja, padahal
seluruh DEMA F itu adalah sebagai anggota Dewan Kehormatannya.” papar
Nurul.
Nurul
menyarankan DEMA UMP
untuk melakukan tindakan door to door.
Diharapkan selain dapat memperbaiki komunikasi,
tindakan itu sekaligus sebagai proses
sillaturahmi yang akan menumbuhkan rasa kedekatan di internal DEMA.
Mahasiswa
PGSD semester 1 Windi Nur Fitria
ikut
menyayangkan kenapa sampai sekarang
belum ada presiden mahasiswa.
Padahal menurut dia kedudukan presiden di tengah-tengah pemerintahan sangat
penting, sebagai orang yang mengayomi dan melindungi rakyatnya.
“Saya
heran, dengan
kondisi pemerintahan mahasiswa
saat ini,
kok bisa
sampai sekarang belum ada Presiden
BEM terpilih. Sepertinya butuh tindakan yang tepat dari DEMA UMP, untuk segera membentuk KPU,” kata Windi.
Menurut mantan
Presiden BEM periode
2013/2014, Lukman Hakim. Menyayangkan permasalahan ini
berlarut-larut. Tanggung jawab DEMA UMP tidak hanya membentuk KPU-M saja, tetapi dia masih banyak
kewajiban lain yang harus dijalankan. Oleh karena itu diharapkan DEMA UMP cepat menyelesaikan masalah ini.
Karena menurutnya tidak etis jika kursi BEM dibiarkan lama kosong tanpa ada
yang menduduki. Padahal presiden mewakili aspirasi seluruh
mahasiswa UMP, lantas bagaimana dia bisa menjalankan fungsi dan peran mahasiswa
yang diembannya.
“Saya
miris sekali melihat kondisi sekarang. Terjadi permasalahan berkepanjangan yang
seharusnya bisa segera diselesaikan. Setelah pembubaran KPU-M yang kemarin. Seharusnya DEMA UMP mempunyai langkah nyata kedepannya
untuk segera membentuk KPU-M
yang baru,” ungkap
Lukman.
Lukman
merekomendasikan,
DEMA UMP segera
menyelenggarakan kuliah umum
untuk seluruh mahasiswa UMP. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk memberi
pemahaman mengenai konstitusi kepada seluruh Mahasiswa UMP.
“Diharapkan nantinya, ketika mereka paham maka akan
muncul kepedulian dikalangan mahasiswa. Bisa jadi ketika sekarang mereka diam saja, memang
karena mereka tidak tahu,”
ungkapnya.(Wij&Pal_Bhas)