Bhaskara – Rangakaian Pesta Demokarasi yang tengah dihelat
Fakultas Teknik (FT) hanya diisi segelintir mahasiswa saja. Seperti yang terjadi
pada sesi debat calon Gubernur Fakultas Teknik yang dilakukan pada Senin (4/1) hanya dihadiri oleh 80 mahasiswa dari 977 mahasiswa
Tenik yang tercatat di UMP.
Lesunya iklim demokrasi tersebut, disinyalir
karena minimnya sosialisasi yang dilakukan pihak KPU terkait seluruh jadwal
rangkaian pemilu rayanya FT. Ketua KPU
FT Dimas Anuggrah Adibrata mengakui pihaknya hanya memanfaatkan
media sosial, tidak dalam bentuk surut untuk lembaga-lembaga maupun mahasiswa
lainnya. Selain itu, pihaknya hanya melakukan sosialisasi melalui sistem “door to door” ke kelas-kelas saja.
Setelah itu, pihak KPUM menyerahkan selurunya ke masing-masing calon dan tim
suksesnya.
“Kami
sebenarnya kekurangan personil dalam menjalankan tugas sebagai KPU, karena
keseluruhan tim kita hanya delapan orang saja. Sosialisasi yang kami lakukan
dengan memperkenalkan calon-calon Gubernur ke setiap kelas dan tata cara
pencoblosan nantinya, “ kata Dimas pada reporter Bhaskara kemarin.
Salah satu mahasiswa prodi Teknik Informatika
semester lima, Muhammad Iqbal Husen, menyayangkan tidak menyeluruhnya informasi
pelaksanaan debat calon Gubernur FT. Ia termasuk salah satu mahasiswa yang
sebenarnya ingin mengikuti acara tersebut namun gagal karena tidak mengetahui
jadwal pelaksanaannya.
“Saya tidak mendengar informasi tentang kapan
acara debat itu dilaksanakan. Sebenarnya saya ingin ikut berpartisipasi dalam
acara tersebut, ini adalah kerugian yang fatal. Karena jika mahasiswa yang
tidak ikut dalam acara debat calon gubernur tidak dapat menilai kandidat lebih
dalam, tidak dapat menjadi mahasiswa yang cerdas dalam memilih dan mempunyai
landasan yang kuat” katanya
Menanggapi hal tersebut, Presiden BEM U, Bayu
Prayoga, mengungkapkan kekecewaannya perihal
minimnya antusiasme kehadiran peserta debat calon Gubernur FT. Ia
menyarankan, mengingat pentingnya acara tersebut seharusnya pemilihan waktu
penyelenggaraan juga patut dipertimbangkan sehingga meminimalisir banyaknya
absensi peserta.
“Ini mengecewakan. Karena dari jumlah
mahasiswa FT yang hadir sangat sedikit. Menurut saya, panitia tidak boleh
memilih waktu pelaksanaannya dengan sembarangan, seharusnya mereka membuat
acara ini di pagi hari atau siang hari, saat sedang ramai-ramainya mahasiswa di
kampus, sehingga semua
mahasiswa yang akan menggunakan hak suaranya dapat menilai kandidat-kandidat
yang akan menjadi gubernur mereka nantiya,” ujar Bayu kepada Bhaskara. (Bhas_oki,erlinda,ayuna,ismi)